Terpengaruh Buku Kang Jalal

Tahun 2006 akhirnya saya bisa menamatkan sekolah menengah atas (SMA). Tak seperti kebanyakan teman-temanku yang mulai berpikir untuk melanjutkan kuliah. Mereka berkumpul bersama teman-teman yang lain tentang rencana untuk melanjutkan kuliah. Tujuan tak lain dan tak bukan sebuah kota terbesar di Indonesia Timur – Makassar.

Saya sebagai salah satu orang diam seribu bahasa ketika ditanya tentang kuliah dengan diam seribu bahasa hanya menjawab pelan “saya mau ke Kalimantan merantau, cari kerja”. Namun apa hendak dikata rencana yang awalnya hendak merantau ke Kalimantan merantau mencari uang harus hilang. Ketika orang tua berkata besok harus ke kota Palopo untuk mendaftar kuliah. Aku pun pasrah dan menuruti hal itu. Kampus yang sama sekali tak ada dalam bayanganku.

Akhirnya saya berkuliah, dan menjelani rutinitas ruang belajar dan sebuah organisasi ekstra kampus. Disinilah saya membaca sebuah buku kecil namun sangat merubah cara berpikirku. Judul buku itu adalah “Rekayasa Sosial” ditulis oleh Jalaluddin Rahmat seorang cendikiawan muslim Indonesia. Salah satu pembahasan yang menarik dari buku itu adalah tentang kesalahan berpikir.

Buku itu selalu kubawa ke kampus dan kubaca berulang-ulang. Walaupun aku sadar jika buku ini adalah pinjaman dari seorang sepupu sekaligus senior organisasi. Walau pun ada beberapa bagian yang sulit ku pahami tapi tetap aku membacanya berulang-ulang. Hingga seorang senior dapat memberi penjelasan. Tentu saja sesuai dengan perspektifnya memahami tulisan Kang Jalal.

Secara berturut-turut aku mencari buku lain dari Kang Jalal sapaan akrap Jalaluddin Rahmat. Kutemukan buku dengan Judul Islam Aktual, Psikologi Komunikasi, dan beberapa judul lagi yang tidak bisa kusebutkan. Semua buku itu kulahap walau harus was-was karena meminjam dari orang lain, khawatir jika buku itu hilang.

Ada beberapa hal yang membuat saya begitu menyenangi buku-buku Kang Jalal. Pertama, cara Kang Jalal menuliskan penjelasannya tidak berbelit-belit dengan penggunaan kata dan kalimat mudah dipahami. Belakangan saya baru mengetahui jika di banyak universitas buku Psikologi Komunikasi Kang Jalal menjadi referensi banyak dosen dan menjadi bacaan wajib mahasiswa komunikasi.

Kedua, Kang Jalal selalu mengambil referensi dari berbagai kalangan. Jika Kang Jalal yang dikenal sebagai tokoh Syi’ah tapi dalam berbagai penjelasan di bukunya Kang Jalal juga mengutip referensi dari kitap-kitap Ulama Sunni baik yang terdahulu maupun yang kontemporer.

Disini saya melihat betapa seorang Kang Jalal adil dalam ilmu pengetahuan dan melalui tulisan dan bukunya saya meraba sebuah kebijaksanaan. Dia selalu menerangkan pandangan dan keyakinannya tidak hanya dari sumber yang selama ini di yakininya yaitu dari ulama Syiah. Tapi kebenaran itu seakan menyebar dan berserakan bagai kaca yang pecah. Kang Jalal dengan kecintaannya pada pengetahuan mencoba menggabungkan pecahan yang berserakan itu. Walau dia sendiri tak tahu berapa banyak waktu yang Allah berikan kepadanya untuk melakukan hal tersebut.

Akhirnya dipertengah masa kuliah internet dan jejaring sosial mulai bersentuhan dengan diriku. Berbekal sebuah flashdisk 2 GB yang kupungut karena terbawa banjir. Setiap masuk warnet untuk membuka Facebook kusempatkan mendownload ceramah Kang Jalal dalam format mp3. Walaupun pada akhirnya leptop yang kupinjam dari kakak bervirus. Tapi aku berasa mendapatkan pencerahan melalui suaranya yang selalu kuputar berkali-kali melalui leptop di kamar kos.

Buku terakhir Kang Jalal yang cukup menjadi perhatianku adalah “Meraih Kebahagiaan”. Sebuah buku yang membahas kebahagiaan dan derita dari berbagai cara pandang. Namun beberapa tahun setelah itu Kang Jalal melalui sebuah ceramahnya dengan tema yang sama meralat isi buku itu. Hal ini cukup membuatku cukup kaget karena menjawab sebuah pertanyaanku selama ini. “Mengapa buku Meraih Kebahagian tak lagi ada yang menjual?”

Walau buku kebahagiaan itu telah pergi dan menjadi isi lemari seorang juniorku yang kini menjadi seorang dosen di Univ. Manado, tapi isi buku itu selalu membayangi. Dari ceramahnya yang kudapatkan di Youtube Kang Jalal berkata jika tujuan di dunia ini bukanlah kebahagiaan tapi di dunia ini memang setiap bagiannya adalah penderitaan. Jalan derita telah banyak mewarnai kehidupan orang-orang terdahulu. Seperti para filosof yang merasakan derita pengetahuan, derita para pecinta yang terpasung oleh kerinduan pada yang dicintai. Hingga para pemimpin di dari kalangan tertindas yang harus menjalani derita dengan tetes darah, tinta, dan air mata.

Sejak saat itu, dengan mudahnya mendapatkan jaringan WiFi saya pun bebas mendownload ceramah-ceramahnya. Berbagai kajian yang kadang lucu, berbobot dan menambah wawasan. Akupun memiliki sebuah rencana untuk mengoleksi buku-buku karyanya. Walau aku tahu akan menguras tabunganku yang sudah payah kukumpul dari kerjaan yang gajinya tak seberapa.

15 Februari 2021, di tengah Pandemi Covid-19, Kang Jalal menghembuskan nafas terakhir. Menyusul istri tercintanya yang terlebih dahulu menghadap Ilahi. Kang Jalal seorang manusia pastilah akan wafat sebagaimana seluruh mahluk akan mengalami kematian. Namun dia akan terus hidup melalui buah pikirnya yang telah merubah cara pandang banyak orang. Dia senantiasa menyuarakan Islam yang rahmatan lil alamin. Mengajak pada perdamaian, rasional dalam berpikir, dan mengajurkan ruang dialog yang intelektual dalam perbedaan.

Selamat jalan Kang Jalal, walau tak pernah berguru langsung tapi berbagai buku dan cermarahmu telah merasuki pikiran dan jiwaku. Kini tak akan ada seorang manusia pun yang dapat mengisi posisimu di muka bumi. Sebagaimana pernyataan manusia yang kau cintai, dalam setiap detak nadimu terus kau cintai – Muhammad “Setiap Tuhan mengangkat seorang alim, tak ada seorang manusia pun yang menggantikan posisinya hingga hari kiamat”.

Tinggalkan komentar